Menulis Itu…

Narablog suka menulis? Saya suka. Karena itu saya punya blog yang nggak bertema ini. Jadi apapun yang saya pikirkan bisa saya tulis dalam blog ini. Tanpa perlu memilah, tanpa perlu mengkotak-kotakan apa yang ingin saya tulis. Karena hidup ini tidak soal mengkotak-kotakkan.

Bagi saya, menulis itu adalah terapi atau obat. Obat apa? Obat untuk melampiaskan rasa sakit yang tak terucap. Obat untuk mencurahkan kesedihan yang tak tersampaikan. Obat untuk menggantikan air mata yang tak mungkin dikeluarkan. Bukankah kata orang, mendengarkan masalah orang lain itu lebih ringan dari pada memikirkan masalah sendiri. Anggap saja dengan menuliskanya, kemudian membacanya berulangkali, kita sama seperti sedang mendengar atau membaca masalah orang lain. Mungkin bisa meringankan.

Terkadang menulis itu juga bisa sebagai suratan kenangan. Ketika saya sedang bahagia, saya juga menuliskannya. Rasanya seperti sedang mengabadikan kebahagiaan dalam hati yang tidak cukup diluapkan dengan tawa dan air mata. Kemudian suatu saat, saya bisa membacanya kembali, bahkan berulangkali. Menyadarkan saya, bahwa Allah itu Maha Baik, Dia pernah menyisipkan kebahagiaan dalam hidup saya, dan itu akan membuat saya kembali mensyukuri hidup ketika saya mulai kufur nikmat.

Kalo kata Soe Hok Gie, “menulis pun kadang melelahkan“. Ya, benar. Menulis itu kadang melelahkan. Ketika saya dikejar deadline yang mematikan. Menulis sudah seperti lari maraton berkilo meter,  jauh, capek, dan panjang. Atau seperti masuk rumah kaca. Buntu. Semakin dikerja waktu, semakin nggak ada ide untuk menulis , semakin berantakan tulisan.

Tidak jarang juga, menulis itu berkah. Berkah untuk siapa? Untuk mereka yang menggantungkan hidupnya dari susunan alphabet bersuku kata. Saya pernah merasakan ini. Meski hanya setahun. Ketika tulisan kamu dibayar, betapa kamu seperti menemukam tambang emas tanpa susah menggalinya.

Menulis itu harapan. Harapan bagi mereka yang mengikuti lomba, atau harapan bagi mereka yang berharap. Seakan seperti doa-doa yang terpanjat abadi. Setelah mengirimkannya berpilin ke langit. Kemudian harapan itu dituliskan bahkan mirip seperti doa yang terus diulang-ulang.

Kamu suka menulis?

One thought on “Menulis Itu…

  1. Aku sangat suka menulis meskipun kadang aku tidak mengerti penyebab kenikmatan itu datangnya dari mana. Tetapi aku punya perjuangan: setidaknya apa yg baik dapat ditransfer pada orang. Karena berbagi itu indah. Selamat malam mbak.

    Like

Silahkan Berkomentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s