“Jika tak kau temukan cinta, biarkan cinta menemukanmu”
Ini sudah Bulan Februari, ya.. tentu sudah terlambat kalau saya bikin reviewnya. Apalagi saya nonton film ini pas pertengahan Januari lalu, ketika semua orang sudah nggak minat nontonnya. Jadi bioskop berasa milik pribadi. Tapi biarlah, biarlah review ini tidak saya simpan sendiri. Biarlah kutulis semua. Hehehe apa sih??
Assalamualaikum Beijing, sebuah film yang ceritanya diambil dari salah buku milik Asma Nadia yang judulnya juga sama, Assalamualaikum Beijing. Dengan setting tempat Beijing, China, film ini berhasil merebut hati penontonnya (saya).
Film yang disutradari oleh Guntur Soeharto dan Alim Sudio ini memang mengambil cerita seperti film-film Indonesia biasanya, yaitu cinta, perselingkuhan, jatuh cinta, nasib buruk, kemudian happy ending. Tapi… ada yang berbeda. Mungkin unsur-unsur yang terkandung sama, namun sentuhan-sentuhan yang diberikan berbeda.
Asmara, yang akrab dipanggil Asma, diperankan oleh Revalina S Temat. Seorang aktris yang sudah tidak diragukan lagi kemampuan actingnya. Seperti wajahnya, Asma adalah seorang yang berperangai lembut, pendiam, namun tegar. Diceritakan Asma gagal menikah dengan pacarnya, Dewa yang diperankan oleh Ibnu Jamil. Dewa melakukan perselingkuhan, bahkan menghamili perempuan lain. Asma, sebagai seorang wanita normal, tentu hatinya sangat sakit. Hati wanita mana yang tidak sakit ketika tau pujaan hatinya berselingkuh lengkap dengan menghamili. Asma meminta Dewa untuk pergi dan bertanggungjawab atas perbuatannya.
Beruntung Asma ditugaskan oleh redakturnya pergi ke Beijing, untuk mengisi kolom tentang tempat wisata di Beijing. Mungkin ini bisa menjadi pelarian untuk move on dari Dewa. Setidaknya Asma jauh dari Indonesia, jauh dari tempat dimana cintanya tersakiti. Dia bisa melakukan kesibukkan-kesibukkan baru yang bisa melenyapkan kesedihan.
Bukankah, mengunjungi tempat-tempat baru adalah satu cara untuk menghilangkan luka yang mengendap, bahkan waktu pun tak mampu untuk menghabisi, susah sekali.
Di Beijing Asma tinggal bersama sahabatnya, Sekar, yang diperankan oleh Laudya Cintya Bella dan suaminya Ridwan yang diperankan oleh Desta Club80’s. Benar memang, di Beijing Asma seakan memiliki dunia baru dengan warna baru, kesibukannya menulis tentang tempat wisata di Beijing mampu membuatnya lupa dengan Dewa yang berada jauh di Jakarta.
Sampai akhirnya, Asma bertemu dengan Zhongwen, pemandu wisatanya, yang diperankan oleh Morgan Oey (Mantan Personel Smash). Namun nyatanya, Zhongwen tidak hanya menjadi pemandu wisata Asma, namun nantinya sekaligus menjadi pemandu hatinya.
Zhongwen selalu menganggap Asma seperti Ashima. Siapa kah dia? Apa kekasih Zhongwen dimasa lalu? Tentu bukan. Ashima adalah legenda Rakyat China, Ashima dan kekasihnya memiliki cerita cinta yang sejati. Bahkan di Yunan, berdiri patung Ashima yang dipercaya sebagai perwujudan Ashima yang telah berubah menjadi batu. Dan ketika kekasih Ashima, Ahei, merindukannya, Ahei selalu datang, menatap patung Ashima-nya.
Ketika Asma telah memulai kehidupan barunya, menikmati tulisan-tulisan dikolomnya, tiba-tiba Dewa datang, melesat cepat dari Jakarta ke Beijing setelah tau kolom yang ditulis oleh Asmara. Dewa menemui Asma dirumah Sekar. Entah dari mana dia tau alamat Sekar.
Di Beijing Dewa mencoba merayu Asma untuk kembali lagi bersama-sama menuliskan cerita cinta mereka. Bahkan Dewa berjanji akan menceraikan istrinya jika Asma mau menikah dengan Dewa. Tapi beruntunglah Asma menolak sekuat tenaga, mungkin Asma terlanjut cinta dengan kehidupan barunya.
Oh Ya Allah, bagi saya kurang ajar sekali si Dewa ini. Tidak punya hati. Secinta-cintanya dia pada Asma, betapa teganya dia meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Buruk. Dan untuk para lelaki tolong jangan meniru.
Ketika Asma sedang benar-benar menikmati kebersamaannya dengan Zhongwen, bahkan berjanji akan pergi ke Yunan untuk melihat patung Ashima bersama. Tiba-tiba Asma terserang sakit. Pengentalan pada darahnya yang bisa mengakibatkan stroke, serangan jantung, kebutaan, bisu, bahkan terancam tidak bisa hamil, karena kandungannya akan menjadi sangat rapuh.
Akhirnya Asma memutuskan untuk berobat ke Indonesia.
Disini sebenarnya agak aneh. Ketika dalam kenyataannya banyak orang yang memilih untuk berobat ke luar negeri guna menyembuhkan penyakitnya, Asma malah memilih pulang ke Negeri Republik tercinta untuk berobat. Ya.. aneh, tapi biarlah, mari kita lanjutkan ceritanya.
Asma pulang ke Indonesia tanpa sepengetahuan Zhongwen. Pun Zhongwen juga tidak tau kalau Asma sakit, yang dia tau Asma ada keperluan di Indonesia. Berbulan-bulan Zhongwen menanti Asma kembali ke Beijing tapi sayangnya tidak ada kabar juga. Tentu ini bukan hal mudah bagi Zhongwen, mengirimkan email yang tidak pernah berbalas, menahan rindu berbulan-bulan rasanya lebih menyakitkan daripada tidak mendapatkan wisatawan seminggu. Dan Zhongwen telah jatuh cinta pada Asma.
Namun, ditengah penantiannya untuk Asma. Ternyata Allah menurunkan hidayahnya pada Zhongwen yang tidak memiliki agama ini. Ketika masih sering bersama Asma, dia sering mendengar dari Asma tentang islam. Ajaran-ajarannya, bagaimana indahnya. Entah, mungkin ketika Asma pergi, dia mulai mencari sesuatu yang diam-diam dalam hatinya dia benarkan. Dan Zhongwen akhirnya memutuskan untuk menjadi muallaf.
Sementara di Indonesia, Asma juga sama sedang berjuangnya seperti Zhongwen. Asma berjuang melawan penyakitnya, melatih tubuhnya bergerak yang sudah tidak semudah dulu lagi karena terkena stroke.
Mungkin Asma sama tersiksanya seperti Zhongwen karena harus melawan penyakitnya ditambah lagi menahan rindu pada Beijing dan Zhongwen.
Sampai akhirnya, ketika Asma sudah bisa berjalan, sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah, ada sebuah email yang masuk, tentu dari Zhongwen, yang sengaja dibuka oleh Sekar. Dalam emailnya, Zhongwen mengabarkan pada Asma kalau dia sudah menjadi muallaf. Seketika hati Sekar ikut senang membaca email tersebut. Dan tanpa sepengetahuan Asma, Sekar membalas email Zhongwen dan meminta Zhongwen untuk datang ke Indonesia.
Pesan elektronik itu melesat cepat sekali melalui satelit, menembus ribuan awan antar negara dan sampai pada Zhongwen yang wajahnya berubah sumringah mengira email yang dia terima dibalas oleh Asma, ditambah lagi dia diminta untuk pergi ke Indonesia. Meski sebenarnya, Zhongwen belum tau bahwa Asma sakit.
Maka singkat cerita, datanglah Zhongwen ke Indonesia bersama Ridwan menuju rumah Asma di Jakarta. Disitulah Zhongwen baru tau kalau sebenarnya Asma sakit, dan hari itu penyakit Asma kambuh, tiba-tiba mengalami kebutaan yang mendadak. Asma langsung dibawa kerumah sakit. Kali ini dia didampingi oleh ibunya, Sekar, Ridwan, Zhongwen, dan Dewa yang tadi tiba-tiba datang hampir bersamaan dengan Zhongwen.
Dewa, merasa dirinya kalah telak dibanding dengan Zhongwen, akhirnya dia memilih untuk mundur. Meninggalkan Asma bersama cinta barunya, dan kembali bersama istrinya.
Diakhir cerita, film ini sungguh menguras air mata saya. Zhongwen benar-benar laki-laki baik nan setia. Dengan sabar dia menemani Asma yang tidak sadarkan diri. Membacakan cerita Ashima disamping Asma. Selalu berharap cintanya segera siuman.
Ya Rabb, apalagi yang dasyat selain kekuatan cinta. Lihatlah kesabaran Zhongwen membuahkan hasil. Asma pun sembuh, penglihatannya kembali, tidak lagi stroke, meski harus kehilangan suaranya. Tapi apalah arti suara jika cinta bisa dikatakan melalui hati dan tatapan mata yang terdalam.
Dan seperti film-film di negeri dongen, kisah Asma dan Zhongwen berakhir bahagia. Mereka menikah dan pindah ke Beijing.
Film ini meski biasa, tapi sentuhan tentang islamnya baik sekali. Film ini memperlihatkan pada kita (penontonnya) bahwa Kekuatan Sang Maha memiliki Langit begitu luar biasa. Ketika kita dirundung kedukaan, memakan kenyataan pahit, ditinggalkan orang yang kita cintai, diberi penyakit, namun jika kita mau menjalani segala sesuatu nya dengan sabar, insyaAllah Allah memberikan jalan keluar dari arah yang tidak pernah disangka-sangka. Bersabar selalu lebih baik.
Bukankah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 155 Allah Berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Film ini recomended untuk ditonton. Jika film nya sudah tidak tayang di bioskop, silahkan beli cd aslinya, tontong di rumah sampai kita bener-bener sadar kalau Allah itu Maha Baik dengan segala rencanaNya.
wah bagus review nya mbak,, ngga sangka jalan cerita nya sampai sebagus ini, jadi nyesel saya ngga nonton .. banyak sekali hikmah yang bisa di ambil meskipun hanya menbaca review nya saja.. terimakasih mbak keep writing mbak Anis hehe
LikeLike