
Photo: instagram.com/annisareswara
Perasaan adalah perasaan,
Tidak kita bagikan, dia tetap perasaan
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak berkurang satu helai pun nilainya
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya
Begitulah sepenggal sajak tentang perasaan. Tersimpan rapi dilubuk hati yang paling dalam, tanpa tanya, tanpa jeda.
Sebuah buku Kumpulan Sajak romantis karya Darwis Tereliye ini menggoda sekali. Seakan memaksa saya untuk membacanya sedikit, tersenyum, kemudian bergegas menuju meja kasir untuk membayarnya. Judulnya “Dikatakan atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta”.
Sebenarnya tidak perlu membeli buku ini untuk membaca sajak-sajak Tereliye, cukup buka fanpage nya saja, Tereliye dengan gratis membagikan dalam status-statusnya. Tapi, ah sudahlah… demi tetap bisa membaca sajak-sajak ini, saya rela membelinya. Bagaimana jika saya sedang berada di daerah terpencil, yang dengan listrik saja tidak tersambung, apalagi dengan internet. Lalu bagaimana cara saya terhubung dengan fanpage Darwis Tereliye??? Hehe
Berbeda dengan buku kumpulan sajak yang biasanya saya baca. 24 sajak ini tidak melulu tentang indahnya cinta, tidak melulu tentang kata-kata yang mendayu-dayu. Tapi lebih pada kata-kata lugas yang tegas, tentang penerimaan, tentang kepasrahan, keikhlasan, penerimaan, penantian, pengharapan, dan semuanya berhubungan dengan perasaan.
Seperti buku-bukunya yang lain, Tereliye selalu bisa membius pembacanya dengan kata-kata sederhana namun terangkum dalam satu kalimat dengan berjuta makna. Bahwa cinta tidak harus memiliki, bahwa cinta itu tentang keikhlasan menerima apa yang terjadi, dan hal-hal tersebut tidak akan mengurangi makna cinta itu sendiri.
Tentang pengharapan, semoga suatu saat cinta yang tersimpan rapi dalam hati ini akan tersampaikan melalui Sang Maha Membolak-balikkan hati lengkap dengan suratan manisnya. Pun jika ternyata harapan yang disimpan selama ini tidak berubah nyata, tak apa, ikhlaskan, tapi itu tetap cinta, bukan?
Maka….
Ssttt.. Diamlah sebentar!
Cinta sejati hanya bisa didengar justru dalam senyap
Bukan gegap gempita kalimat yang mengaburkan makna
Dan kita tertipu oleh tampilannya
Ssttt.. Ayo duduk sejenak!
Cinta sejati hanya bisa dikenali saat sepi
Diperhatikan dengan seksama, dalam kesadaran diri paripurna
Bukan berisik teriak-teriak “Aku cinta kamu!”
Tapi esok lusa kita meratap kencang-kencang sebaliknya
Ssttt… Bisakah kita diam dulu?
Agar cinta sejati menunjukkan diri sebenarnya
Apakah yang ini, atau yang itu, atau mungkin yang lain lagi
Dan kita harus menunggu dan bersabar
(Diamlah Sebentar, Hal. 41)
Karena mereka yang jatuh cinta selalu bisa merasa lebih banyak, atau terlalu banyak. Dan tau kalian, Narablog?
Bahwa…
Para pencinta adalah pujangga terbaik yang pernah ada. Dan kasih sayang pun adalah sumber inspirasi paling deras yang pernah ada. Hadiahkan sajak-sajak ini untuk orang yang paling kita sayangi. Agar mereka paham tentang perasaan..
Karena sungguh:
“Dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta”