Dikatakan atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta


Perasaan adalah perasaan,
Tidak kita bagikan, dia tetap perasaan
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak berkurang satu helai pun nilainya
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya

Begitulah sepenggal sajak tentang perasaan. Tersimpan rapi dilubuk hati yang paling dalam, tanpa tanya, tanpa jeda.

Sebuah buku Kumpulan Sajak romantis karya Darwis Tereliye ini menggoda sekali. Seakan memaksa saya untuk membacanya sedikit, tersenyum, kemudian bergegas menuju meja kasir untuk membayarnya. Judulnya “Dikatakan atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta”.

Sebenarnya tidak perlu membeli buku ini untuk membaca sajak-sajak Tereliye, cukup buka fanpage nya saja, Tereliye dengan gratis membagikan dalam status-statusnya. Tapi, ah sudahlah… demi tetap bisa membaca sajak-sajak ini, saya rela membelinya. Bagaimana jika saya sedang berada di daerah terpencil, yang dengan listrik saja tidak tersambung, apalagi dengan internet. Lalu bagaimana cara saya terhubung dengan fanpage Darwis Tereliye??? Hehe

Berbeda dengan buku kumpulan sajak yang biasanya saya baca. 24 sajak ini tidak melulu tentang indahnya cinta, tidak melulu tentang kata-kata yang mendayu-dayu. Tapi lebih pada kata-kata lugas yang tegas, tentang penerimaan, tentang kepasrahan, keikhlasan, penerimaan, penantian, pengharapan, dan semuanya berhubungan dengan perasaan.

Seperti buku-bukunya yang lain, Tereliye selalu bisa membius pembacanya dengan kata-kata sederhana namun terangkum dalam satu kalimat dengan berjuta makna. Bahwa cinta tidak harus memiliki, bahwa cinta itu tentang keikhlasan menerima apa yang terjadi, dan hal-hal tersebut tidak akan mengurangi makna cinta itu sendiri.

Tentang pengharapan, semoga suatu saat cinta yang tersimpan rapi dalam hati ini akan tersampaikan melalui Sang Maha Membolak-balikkan hati lengkap dengan suratan manisnya. Pun jika ternyata harapan yang disimpan selama ini tidak berubah nyata, tak apa, ikhlaskan, tapi itu tetap cinta, bukan?

Maka….

Ssttt.. Diamlah sebentar!
Cinta sejati hanya bisa didengar justru dalam senyap
Bukan gegap gempita kalimat yang mengaburkan makna
Dan kita tertipu oleh tampilannya

Ssttt.. Ayo duduk sejenak!
Cinta sejati hanya bisa dikenali saat sepi
Diperhatikan dengan seksama, dalam kesadaran diri paripurna
Bukan berisik teriak-teriak “Aku cinta kamu!”
Tapi esok lusa kita meratap kencang-kencang sebaliknya

Ssttt… Bisakah kita diam dulu?
Agar cinta sejati menunjukkan diri sebenarnya
Apakah yang ini, atau yang itu, atau mungkin yang lain lagi
Dan kita harus menunggu dan bersabar
(Diamlah Sebentar, Hal. 41)

Karena mereka yang  jatuh cinta selalu bisa merasa lebih banyak, atau terlalu banyak. Dan tau kalian, Narablog?

Bahwa…

Para pencinta adalah pujangga terbaik yang pernah ada. Dan kasih sayang pun adalah sumber inspirasi paling deras yang pernah ada. Hadiahkan sajak-sajak ini untuk orang yang paling kita sayangi. Agar mereka paham tentang perasaan..

Karena sungguh:

“Dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta”

Sepotong Bulan Untuk Berdua


Malam ini..
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita melihat bulan yang sama
Mensyukuri banyak hal
Berterimakasih atas segalanya
Terutama atas kesempatan untuk saling mengenal
Esok pagi semoga semuanya dimudahkan..

Malam ini..
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita menatap bulan yang satu
Percaya akan kekuatan janji-janji masa depan
Keindahan hidup sederhana, berbagi, dan bekerja keras
Mencintai sekitar dengan tulus dan apa adanya…

Malam ini..
Saat dikau menatap bulan
Yakinlah kita menatap bulan yang itu
Semoga Yang Maha Memiliki Langit memberikan kesempatan
Suatu saat nanti
Kita menatap bulan
Dari satu bingkai jendela…

“Dikatakan Atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta” – Tere Liye (Hal. 37)

Posted from WordPress for Android

Semoga Masih Ada


Satu keluarga di Desa Kiyoten, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, mengalami keracunan. Bapak, ibu dan tiga orang anaknya mengalami keracunan seusai mengonsumsi telur rebus. Telur itu dibeli dengan harga murah, yakni Rp 6.000 per 10 biji di Pasar Desa Bug Duwur, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. Salah seorang dari anak pasangan suami istri ini, yakni M Agung Widodo (13) akhirnya meninggal. 
 
Paduka yang mulia, di tengah hingar bingar koalisi yang sedang kalian bicarakan, tidak tahukan kalian berita ini? Di tengah tawa bahagia terpilih menjadi wakil rakyat, bersorak horee di sana dapat dua, di sini dapat tiga kursi, tidak tahukah kalian kabar ini? Satu keluarga keracunan karena membeli telur murah. Mereka mau membeli pizza, spaghetti, atau daging sapi, tapi tidak terbeli, jadilah membeli yang murah, dengan resiko tinggi. Sungguh malang akhirnya.
 
Tuan, Nyonya yang pakaiannya wangi2, licin nan rapi, tidak tahukah kalian berita mengenaskan ini? Di tengah tawa riang kalian karena dapat suara sekian, kursi empuk terbayang, tidak tahukah kalian kabar menyedihkan ini? Satu keluarga di sana, satu keluarga di sini, berjuta keluarga di negeri ini masih bergulat dengan kemiskinan yang nyata. Yang suara mereka hanya berharga saat pemilu saja, setelah itu, lupakan. Orang2 ini mau saja makan makanan lezat, tapi apa daya bawang merah, cabai, semuanya melambung tinggi. Hingga akhirnya, apapun yang ada, itulah pilihannya.
 
Wahai orang2 hebat yang sekarang sibuk sekali bertempur di media sosial, membela elit dan partai politiknya, tidak tahukah kalian berita naas ini? Atau kalian terlalu sibuk memposting tentang kelompok2 mulia kalian? Terlalu sibuk berperang kata2, membela jagoan masing2, penuh timeline kalian dengan kelompok2 mulia kalian, hingga lupa, ada 30 juta warga miskin di negeri ini yang hanya berpenghasilan 10ribu per hari. Ratusan ribu anak2 putus sekolah. Jutaan penduduk tidak punya akses air bersih, lampu, jangan tanya soal facebook atau twitter. 
 
Semoga masih ada petarung tangguh tersisa yang masih peduli. Yang terus bekerja dalam senyap membantu banyak orang. Semoga masih ada petarung sejati tersisa yang masih peduli. Yang terus mengirim harapan, bantuan, tanpa perlu membawa spanduk, poster apalagi sticker kecil: pilihlah kami.
 
Semoga masih ada.

  • Tulisan ini saya Repost dari posting milik penulis favorit saya ‘Darwis Tereliye’. Bukan bermaksud mendewakan Tereliye, hanya ingin berbagi dengan narablog sekalian. Untuk mengambil intisari tulisannya. Bagus jika bisa membuat siapapun pembacanya menjadi lebih baik. Yuk, be better because of Allah 🙂