Romantisme itu Bernama Senja


Senja, sejak pertama aku melihatmu
Ada rasa aneh yang selalu mengikutiku
Kau sangat sederhana, tapi…
Ada rasa tertinggal di sini, di hati…

Senja, warnamu menjejakkan sendu
Soremu memeluk hangat
Dan hanya sekejab saja, aku bisa jatuh hati padamu

Kalian pasti sudah tau tentang eksotisme peristiwa sore ciptaan Tuhan ini. Peristiwa tenggelamnya matahari di ufuk barat, perlahan ditelan gelapnya malam.

Selalu ada cerita tentang senja. Tentang romantisme, kesedihan, kerinduan, kenangan, dan masih banyak lagi. Setiap orang memiliki versinya sendiri, tinggal pilih ingin cerita yang seperti apa. Bersama senja semuanya lengkap dan hangat.

Sejak beberapa tahun lalu, saya selalu menyukai senja. Saya tidak tau kenapa, namun selalu ada rasa tenang menatapnya dari kejauhan. Pendar kuning kemerahannya, seperti menenggelamkan jiwa-jiwa yang lelah oleh aktivitas seharian, berganti dengan jiwa baru yang siap menghadapi malam. Senja sudah seperti penghangat waktu.

Inilah yang membuat saya bermimpi, selalu menyimpan erat harap dalam hati, semoga suatu saat nanti saya bisa pergi ke tempat yang memiliki pesona senja terbaik, dengan sapuan langit merah tercantik, lengkap dengan kehangatan romantisme sore hari.

Harap saya terjawab. Beberapa hari lalu, seorang teman dengan wajah merona mendatangi saya. Ditangan kanannya, sebuah kotak merah tertenteng manis. Kotak apa itu? Pikir saya. Tapi sudahlah, lupakan kotak itu. Hal terpenting adalah bertemu dengan teman lama.

Ternyata, kotak merah manis tadi adalah hadiah untuk saya. Kalian tau isinya? Indah sekali, berkilau. Saya saja terkejut setelah membuka isi kotak itu. Sebuah gelang mutiara. Wow… pasti harganya mahal. Tanya saya pada dia. Dia menggeleng, dan hanya tersenyum. Senang sekali bisa menjadi temannya, jika setiap kali dia liburan selalu dibawakan oleh-oleh secantik ini.

Teman saya yang satu ini, ternyata baru saja pulang bulan madu dari Pulau dengan sejuta pesona senja terbaiknya. Kalian tau dimana?

Lombok.

Senyum pun terus terkembang dibibirnya, ketika dia menceritakan bagaimana romantisnya Lombok bagi pengantin baru. Senja yang penuh rona merah saga menggantung-gantung setiap sore. Hangatnya selalu merebakkan cinta. Mungkin karena mereka pengantin baru. Tapi, tak apalah. Mungkin senja di Lombok memang untuk mereka yang tengah memadu kasih.

Menurut teman saya, Lombok memiliki pantai yang sangat bersahabat dengan senja yang istimewa. Rona merahnya merayu siapa saja yang melirik, hangatnya memeluk mesra. Romantis sekali. Saya pun ikut tersenyum mendengarkan cerita teman saya. Tiba-tiba terbayang, saya berada disana dengan suaminya saya nanti jika sudah menikah. Menikmati senja berdua, sambil mendengar riuhnya deburan ombak yang berebut menyentuh pasir pantai. Ditemani dengan hembusan angin yang memeluk dingin.

Teman saya terus bercerita tentang liburan bulan madunya. Katanya, pergi ke Lombok sama dengan bertualang menemukan pantai-pantai terbaik untuk menandai pertemuan-pertemuan syahdu dengan senja. Oh Dear, buncah sudah gejolak ini untuk pergi ke Lombok. Tak sabar menikmati pesona senja terbaik milik Sang Maha Kuasa.

Photo Source: Link

Photo Source: Link

Cerita tentang honeymoon ke Lombok belum selesai. Teman saya melanjutkan ceritanya dengan menyebutkan salah satu pantainya, yaitu Gili Trawangan. Baiklah, saya sering mendengar tentang Gili Trawangan, namun belum benar-benar tau seperti apa disana. Menurut teman saya, Gili Trawangan adalah salah satu diantara tempat terbaik pertama untuk menemukan senja. Tempat ini eksotis. Dari sini, siapapun bisa melihat betapa elok Selat Bali dan Gunung Agung. Ditambah lagi warna senja yang berpendar-pendar emas, seperti sedang meninakbobokkan hari. Dan tidak ada jiwa yang tak terlena bersama senja Gili Trawangan. Sempurna.

senja gili nangu

Photo Source: Link

Selanjutnya, honeymoon teman saya dilanjutkan dengan mengunjungi sebuah pulau kecil yang hanya memiliki luas 12,5 hektar. Kalian tau apa nama pualu itu? Yaps, Gili Nangu. Pulau ini pas sekali dengan apa yang saya bayangkan barusan. Menikmati senja berdua bersama suami kelak. Iya tentu, Quality time bersama cinta terbaik, tentu harus ditempat terbaik pula. Ya meski kekasih terbaiknya masih belum ketemu, tapi membayangkannya saja, boleh kan? Gili Nangu sering dijuluki sbagai Pulau Bulan Madu. Kenapa? Karena masih sangat sepi. Menurut cerita teman saya, langit di Pulau ini hampir tidak pernah mendung, dan tentu saya akan bisa menikmati senja dengan sempurna disini. Bersama orang paling sempurna dalam hati saya. Entah siapa..

Photo Source: Link

Photo Source: Link

Belum habis rasa takjub saya dengan ceritanya, dia memamerkan lagi keelokan Pantai Sengigi. Pantai yang satu ini juga cukup populer ditelinga saya, mungkin juga ditelinga kalian. Menurut dia, jika saya berkunjung ketempat ini, saya akan lebih memilih waktu sesorean di pantai untuk menikmati peristiwa matahari yang lebur keperaduan bumi  menjemput malam. Katanya, senja di pantai ini amat cantik, membuat siapa saja merasa nyaman untuk berlama-lama menikmatinya.

Sungguh elok negeri ini. Baru tiga pantai saja, sudah bisa membuat imajinasi saya terbang kemana-mana. Membayangkan pesona senjanya saja, hati ini sudah buncah bahagia, apalagi jika saya kesana. Saya jadi benar-benar ingin pergi ke Lombok. Menikmati hangat senjanya, memandangi langit cantik memerah jingga. Semoga saya punya waktu kesana. Lombok.

Pulau Lombok. Tunggu saya di sana ya… 🙂

Semoga Pagi


Hari ini senja tidak datang lagi. Akhir-akhir ini dia jarang datang, padahal aku selalu menantinya setiap sore. Menyiapkan posisi terbaik, menunggu, tercenung, dan akhirnya berlalu jika ternyata dia tidak muncul juga.

Akhir-akhir ini aku mulai terbiasa dengan ketidakhadirannya. Bagiku, ini hanyalah soal waktu, tidak mudah memang, tapi aku percaya, suatu saat nanti entah kapan, aku akan benar-benar terbiasa melalui hari tanpa senja. Seorang penulis favoritku mengatakan, Jika tidak ada lagi cara untuk menghilangkan sedih, kecewa, kehilangan, dan apalah rasa menyesakkan itu, maka biarkan waktu yang menghabisinya. Biarkan waktu menenggelamkan segala kenangan yang pahit, dan menggantinya dengan hal-hal baru yang tentu saja indah. Tuhan selalu adil, bukan?

Dan rumus waktu itu bekerja, meski tidak sepenuhnya. Beberapa bulan terakhir, aku tak lagi harap-harap cemas menanti senja. Aku mulai menunggu pagi. Bagiku pagi berarti memulai lagi. Memulai banyak hal baru, termasuk memulai hati yang baru. Oww, tidak, aku bukan menemukan hati ketika pagi. Aku hanya ingin memulai pagi yang selalu memulai hari.

Semoga kali ini pagi memberikan kesempatan untuk memulai hari dengan sempurna, tanpa celah airmata ketika meresapi hangat senja. Ketika tak henti-hentinya menanti senja, hingga entah sampai kapan.

Semoga pagi membiarkan hati ini menemukan dan menentukan apa-apa yang tidak akan lagi menyakiti. Dan aku siap memulai banyak cerita baru lagi, tanpa perlu mengorek cerita lama yang anggap saja sudah usang. Karena masa lalu tidak akan pernah menang, karena dia ada di belakang. Jauh di belakang.

 

 

morning_dew

(Pict)