Aku, Hujan, dan Rindu


Bagiku hujan adalah salah satu dari sekian hal terindah yang Tuhan turunkan ke bumi. Betapa tidak? Ketika terik mengeringkan tidak hanya tanah tapi juga hati. Saat itulah rintik hujan yang menghujam bukan sekedar harap tapi sudah menjadi mimpi ditiap malam lelap.

Kamu tau? Kadang ingin sekali rasanya aku menjelma sebagai hujan. Menjadi salah satu hal terindah yang dikirim Tuhan untukmu…

Karena mungkin hanya dengan menjadi itu aku bisa memelukmu dengan dinginku. Menenangkanmu dalam sejukku. Hei, bukankah Tuhan memang menciptkan hujan sebagai penentram jiwa-jiwa yang resah dan berputus asa? Maka, aku ingin bisa menghilangkan resahmu, meski aku harus menjelma menjadi hujan terlebih dahulu…

Sepertinya aku memang harus bermetamorfosis menjadi hujan. Yang kedatangannya selalu ditunggu jiwa-jiwa yang merindu. Dengan begitu kamu akan selalu menantiku, menyediakan rindu paling dalam untukku, memperhatikan tiap rintikku. Maka biarkan aku menjadi hujan saja agar kau perhatikan..

Mungkin menjadi hujan adalah cara terbaik untuk mengusap perlahan wajahmu. Membasahinya dengan cinta dan rinduku.

Jika aku menjadi hujan, berjanjilah untuk selalu merinduiku, ingin mendengar suara rintikku, dan memelukku dengan sejuk kasihmu…

Tapi apa iya kamu harus menungguku menjadi hujan dulu?

Cukup aku sebagai pencinta hujan yang selalu merinduimu dalam tiap rintiknya, yang kadang terpaksa menyampaikan rinduku dalam derasnya…

Karena hujan selalu bisa mewakili suara hati yang kadang tidak bisa kamu dengar meski sudah kuteriakkan…

Posted from WordPress for Android

Tausiyah Cinta


Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang
yang entah siapa dan dimana saat ini…

Untukmu yang jauh disana
Terkadang mata ini iri kepada hati,
Karena kau ada dihatiku,
Namun tidak nampak dimataku

Aku tidak memiliki alasan pasti
Mengapa sampai saat ini ingin menunggumu
Meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan

Hati ini meyakini bahwa kau ada
Meski entah dibelahan bumi mana

Yang aku tau,
Kelak aku akan menyempurnakan hidupku denganmu
Disini, Disisiku

Maka saat hatiku telah mengenal fitrahnya
Aku akan berusaha mencintaimu dengan cara yang dicintai-Nya

Sekalipun kita belum pernah bertemu,
Mungkin saat ini kita tengah melihat langit yang sama
Tersenyum menatap rembulan yang sama

Disanalah
Tatapanmu dan tatapanku bertemu..

Puisi ini saya repost dari sebuah video di youtube, menyentuh sekali…

Selamat menikmati 🙂

Move On, InsyaAllah


Yang namanya hidup, itu pasti ada senang dan sedih, ada hidup dan mati, ada jatuh cinta dan patah hati, ada tawa dan tangis, dan begitu seterusnya. Semuanya diciptakan Allah berpasangan, saling melengkapi.

Hari ini, ketika saya sedang surfing didunia maya, mengintip sebentar timeline akun facebook saya. Ada profil seseorang yang mengejutkan, membuat mata saya terbelalak. Seseorang dari sebuah profil tengah mengganti photo profilnya. Mengejutkan, karena sudah terlalu lama saya tidak kepo mengunjungi page-nya.

Dia adalah, si 16 September. Iya, angka 16 lainnya yang pernah mengisi ruang kosong dalam hati saya. Angka 16 lainnya yang pernah mewarnai mimpi-mimpi malam saya dengan lukisan keindahan dan nada indah lantunan cinta. Dia yang sempat memberikan bunga edelweis cantik, yang katanya adalah lambang sebuah keabadian. Tapi itu dulu.

Eh, kenapa saya mengatakan 16 lainnya? Karena saya pernah jatuh cinta pada tiga orang yang sama-sama lahir ditanggal 16.

Sayangnya, mungkin saya belum berjodoh dengan si angka 16 yang satu ini. Tahun 2013 lalu, dia tiba-tiba pergi tanpa pesan tanpa kabar. Kami tentu tidak berpacaran, hanya dekat. Dekat sekali tapi. Dia seketika pergi meninggalkan hati yang telah melayang menuju langit cinta ketujuh. Menyisakan sejuta tanda tanya dalam hati yang sampai sekarang belum juga terjawab.

Apakah saya kecewa? Tentu. Waktu itu hati saya seperti terhunus pedang, tersayat pisau berkali-kali, lengkap dengan taburan garam dan siraman cuka. MasyaAllah sakitnya. Hampir setiap hari saya menangis, setiap malam saya meratap, bahkan meski dalam tidur pun, hati terasa tersayat dalam. (*lebay 😀 hehe. Beberapa bulan berlalu, airmata ini tentu sudah kering, namun hati ini belum berhenti menangis.

Tapi itu dulu. Kejadian itu sudah setahun lebih berlalu, mungkin hampir dua tahun. Apakah saya masih merasakan hal yang sama? Tentu tidak. InsyaAllah sudah tidak. Bahkan ketika mengetahui dia mengganti photo profile tadi, saya hanya tersenyum, tertawa. Merasa bodoh dengan kejadian masa lalu yang biarlah menjadi masa lalu, dan jangan pernah kembali lagi. Tidak ada beban lagi seperti dulu. InsyaAllah saya sudah ikhlas. Kalau bahasa gaulnya, saya sudah MOVE ON. Jika memang dia bukan jodoh saya, semoga Allah memberikan kebahagiaan berlimpah untuk dia.

Meskipun sampai sekarang, saya tidak pernah tau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya. Apakah dia juga mencintai saya, kenapa dia pergi begitu saja tanpa pesan, dan apakah-apakah lainnya yang terus menusuk hati, merobek mimpi-mimpi malam hari, dan mengalirkan airmata tanpa henti. Itu dulu. InsyaAllah sekarang semuanya sudah selesai. Bunga edelweis cantik dari dia tentu masih saya simpan. Sengaja tidak saya buang. Saya hanya ingin menghargai masa lalu dan kenangan. Lagian, sayang juga. Saya nggak sempat beli edelweis ketika ke Bromo awal tahun lalu. Jadi disimpan saja.

Saya belum jatuh cinta lagi. Bukan tidak membuka hati. Hanya ingin sungguh-sungguh mencari seseorang baik yang mampu membimbing, dan mendekatkan diri ini pada Sang Khalik. Sembari menunggu, memperbaiki diri itu sudah pasti. Semoga Allah meridhoi niat hati yang tidak ingin main-main lagi. Karena janji Allah, “Wanita baik, untuk lelaki baik. Begitu pula sebaiknya”

Semoga segera dipertemukan. Amin