Apa Jilbab Saya Haram?


Saya berjilbab dan berjualan jilbab, lalu apakah jilbab yang saya jual dan pakai itu haram karena bukan merk ‘tersebut’ diatas?

Mohon koreksinya jika saya salah. Foto iklan jilbab halal atau haram itu saya dapati hari ini berseliweran di media sosial. Kalau memang foto itu benar adalah iklan milik Zoya, lantas apakah jilbab yang saya kenakan ini haram? Karena bukan Zoya. Saya mana mampu membeli jilbab merk Zoya. Yang saya tau, jilbab harus longgar, panjang, dan menutupi dada. Meski sederhana, tanpa label terkenal, tapi insyaAllah sudah sesuai aturannya.

Yang saya tau, saya memakai jilbab dengan cara membeli melalui penjualnya. Uang yang saya gunakan pun halal dari keringat sendiri. Lalu apakah jilbab yang saya kenakan haram?

Jualan jilbab saya pun alhamdulillah, laris. Saya kulak dari supplier dengan uang saya sendiri, bahkan dengan kaki saya sendiri pergi ke tempat supplier, memilih warna, menawar, dan membayar dengan kesepakatan bersama. Lalu apakah jilbab yang saya jual ini haram?

Ada yang bisa menjelaskan?

Menurut Sigit Endroyono, Creative Director Shafco, jilbab yang halal ditentukan dari jenis kainnya, apakah mengandung gelatin babi atau tidak. Gelatin babi umumnya terdapat pada pengemulsi saat proses pencucian bahan tekstil. Rangkaian kerudung Zoya diklaim telah diuji coba dan hasilnya tidak mengandung babi sehingga ditetapkan halal menurut MUI.

Tapi kan bukan berarti produk lain mencuci kainnya dengan gelatin babi? Ada buktinya? Terlalu tinggi, dan terlalu merendahkan produk jilbab lain yang belum tentu menggunakan gelatin babi pada proses pencuciannya.

Please, buatlah iklan yang menarik, tapi jangan membuat benda lain berubah menjadi nista karena hanya sebuah label.

Sekali lagi, apa jilbab saya haram karena bukan Zoya?

Jilbabnya Diulur Ya, Jangan Dililit…


Akhir-akhir ini kita pasti sering mendengar kata ‘jilboobs’. Dimedia sosial bertebaran dimana-mana tentang jilboobs, lengkap dengan foto-fotonya. Disengaja atau tidak, foto-foto yang diunggah memang foto-foto yang WOW. Yang memang benar-benar fokus pada bagian (maaf) dada wanita. Tidak hanya itu, kemudian situs-situs berita ramai-ramai menulis soal artis yang pernah mengenakan jilbab model jilboobs. JilBoobs adalah singkatan dari Jilbab = Hijab, Boobs = (maaf) dada wanita.

Padahal, jika mau menengok kebelakang, jilboobs itu sudah ada sejak saya SMA, mungkin sebelum saya SMA. Wanita yang (katanya) berjilbab tapi lebih seperti telanjang sudah ada. Dan tidak ada yang mengekspos.

Dalam posting ini saya tidak berniat menghujat embak-embak yang (mungkin) tanpa sadar mengenakan pakaian dan hijab dengan model dada nyaplak begitu. Mungkin mereka sedang khilaf, dan semoga Allah membukakan hati mereka agar segera berbenah.

Jujur saya senang dengan adanya peng-eksposan Jilboobs yang kemudian (baru) keluar fatwa MUI tentang jilboobs yang diharamkan. (baca ini dan ini). Setidaknya dengan begitu, mungkin akan banyak wanita berhijab yang tadinya suka dengan model jilboobs, lalu rela mengulurkan hijabnya sedikit untuk menutup dada. Meskipun sedikit, at least tidak menonjolkan sesuatu yang menarik mata lelaki, sekaligus melonggarkan pakaiannya.

Sudah dikatakan dalam Al-Qur’an, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).

Dan

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu,anak-anak perempuanmu & isteri-isteri orang mu’min:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka“. Yg demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS 33:AL AHZAB:59)

Intinya adalah betapa perempuan itu mulia, berharga, indah, dan Allah hanya ingin melindungi muslimah dari mata-mata yang liar.

Tentang jilboobs, mau haram atau tidak. Yang penting adalah perintah Allah untuk mengulur jilbab, bukan melilit. Melonggarkan pakaian, menyederhanakannya agar tidak menarik perhatian. Wanita itu pada dasarnya sudah menarik, maka dari itu harus dilindungi. Wong ditutupi saja masih banyak yang iseng sekali menggoda, apalagi tidak.

Jadi bagi yang tidak setuju dengan jilboobs tidak perlu buru-buru membully embak-embak berjilboobs. Kalau memiliki teman seperti itu diingatkan dengan cara yang baik dan santun. Karena islam itu lembut, santun, dan baik. Atau Coba ditengok dulu, ibunya, istrinya, saudara perempuannya, apakah sudah tidak berjilboobs? Semoga tidak ya…

Nah, ini ada sedikit pengetahuan tentang bagaimana sebaiknya ber-hijab.

MemakaiJilbabdanHijabyangBenardanSyari

Tulisan ini sekalian mengingat kepada diri saya sendiri untuk selalu memperbaiki diri. Semoga bermanfaat.

“Ingat, jilbabnya diulur ya, ukhti, sista, embak, adek, ibu, tante, nenek, bukan dililit sampe melilit”

Kontes Putri-Putrian (Lagi)


Belum lekang dalam ingatan saya tentang banyaknya rakyat Indonesia yang menolak Miss Universe diadakan di Bali. Aksi protes terjadi dimana-mana. Tapi sayangnya, kontes putri-putrian itu ada lagi, yang punya perhelatan justru orang negeri ini sendiri. Hanya kemasannya dibuat lebih kondisional dengan negara kita, negara yang sebagian besar penduduknya muslim. Dan kontes itu bernama Putri Muslimah.

Ya.. Acara ini dikemas bagus. Dengan tidak meninggalkan sisi fashion, ditambah dengan bumbu-bumbu (yang seakan) islami. Menarik.

Tapi taukah? Sebagai muslimah saya sedih. Karena bagi saya, Kontes Putri-Putrian Muslimah ini pun tidak ubahnya seperti kontes putri-putrian yang biasanya ada. Hanya saja, kali ini bajunya tertutup.

Tentu tidak ada yang salah dengan pakaian mereka. Peserta terlihat cantik dan anggun, tapi apa iya seorang muslimah harus berlenggak-lenggok di depan umum. Dilihat jutaan pasang mata.

Bukankah kecantikan seorang muslimah harusnya dijaga, bukan untuk dipamerkan?

Bukankah anggunnya seorang muslimah terpancar dari akhlaknya, sikapnya, tutur katanya?

Bukankah semua muslimah diwajibkan untuk mengulur hijab, bukan melilit hijabnya. Atau jangan-jangan kini hijab untuk tren semata, bukan lagi perintah agama.

Anggaplah cara pandang saya tentang kontes putri-putrian ini terlalu sempit. Pun tentu saya juga bukan orang paling benar di sini. Tapi mereka melekatkan kata muslimah disitu. Apa iya muslimah harus berlenggak-lenggok?

Bukankah semua wanita itu putri? Putri yang paling imut dan menggemaskan untuk orangtuanya, putri yang paling cantik dan memesona untuk suaminya, putri yang pintar, cekatan, lembut, penuh kasih sayang untuk anak2nya, dan putri baik hati untuk semua orang. Harusnya nggak perlu standarisasi manusia untuk jadi “putri”, kecuali untuk komersialisasi. Semua perempuan itu putri yang harusnya tersimpan baik, bukan untuk dikomersilkan. Ingat perempuan itu bukan barang tontonan.