Hidup Nggak Melulu Soal Perut


Mungkin benar, akan ada ribuan perempuan yang akan kehilangan pekerjaannya jika lokalisasi ini ditutup. Mungkin iya, akan ada banyak sekali pedagang yang tiba-tiba menjadi sepi pembeli jika membuka lapak disitu. Tapi…

Akan ada ribuan orang yang akan diselamatkan dari kemaksiatan jika lokalisasi ini ditutup. Dan akan ada banyak sekali pedagang yang tiba-tiba mendapat rejeki melimpah dan halal ketika tempat ini dibenarkan oleh pemerintah.

Saya sedang bicara tentang Dolly. Ada yang belum tau? Menurut Wikipedia, Dolly atau gang Dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur Indonesia. Di kawasan ini, wanita penghibur “dipajang” di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.

Masih menurut Wikipedia, konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara. Lebih besar dari PatPong di Bangkok, Thailand, dan Geylang di Singapura.

Astagfirullah…

Kemarin 18 Juni, Risma Triharini, Walikota Surabaya menutup Dolly, penutupan itu diresmikan dengan diadakan deklarasi.

Ketika saya mendengar Bu Risma akan menutup Dolly, yang terbayang dalam otak saya adalah peperangan. Ribuan polisi datang ke lokasi tersebut. Mengeluarkan semua penghuni masing-masing wisma yang ada di sana. Kemudian menyegel tempat tersebut. NO ENTRI sama sekali. Kemudian akan ada jerit tangis PSK-PSK yang merasa kehilangan pekerjaan. Ada amukan para algojo dolly. Lalu ada pertarungan antara polisi dan para warga yang menolak penutupan. Sebuah perang melawan kemaksiatan.

Lebay ya? Iya. Kadang memang saya suka lebay membayangkan sesuatu. Hehe. Okey lanjut…

Tapi ternyata bayangan saya salah. Penutupan dolly kemarin diresmikan dengan sebuah deklarasi, dan penutupannya akan dilakukan secara bertahap, tidak serta merta begitu saja ditutup. Pelan-pelan.

Well, yeah. Saya mengerti. Memang menutup sebuah tempat lokalisasi apalagi yang katanya terbesar di Asia Tenggara tidak semudah membalikkan tangan atau bikin telor ceplok. Saya doakan semoga penutupannya lancar, tidak terjadi masalah, dan tidak ada oknum yang membangkang.

Membangkang? Hey, mungkin akan ada 1, 2, atau puluhan penghuni wisma yang membangkang. Enggan meninggalkan pekerjaan yang jelas dalam agama dilarang. Adakah ajaran agama yang membenarkan perbuatan zina?

Sekarang saja, banyak pekerja dolly yang protes dengan adanya penutupan, sampai-sampai menggelar istighozah [link]. Istighosah?? Untuk menolak penutupan dolly? Ya Allah. T_T  Kemudian akan ada ketua front pembela lokalisasi yang mati-matian menolak penutupan dolly, bahkan mengatakan bahwa mbak-mbak dolly itu sedang berjihad di jalan Allah, karena mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka. WHAT? Apanya yang berjihad? Apanya yang berjuang?

Ya Allah, saya benar-benar tidak habis pikir. Zina, seperti apapun bentuknya, tempatnya, kondisinya, waktunya, tetap dilarang oleh agama. Tidak ada pembenaran, tidak ada alasan.

(Maaf) tapi pendek sekali pikiran mereka. Kalau hanya memikirkan urusan perut, tentu tidak ada habisnya, tidak ada cukupnya. Mencari nafkah tentu untuk mencukupi kebutuhan hidup, termasuk makan. Tapi bukankah manusia itu makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan.

Maka, sebagai manusia yang dikasih Allah pikiran dan otak, harusnya berpikir bagaimana cara menjemput rizki yang baik, benar, dan halal. Bukan dengan cara apa saja yang penting menghasilkan uang.

Tentu enggan meninggalkan pekerjaan yang mudah (maaf) bisnis esek-esek dengan penghasilan yang banyak. Bisnis ini terlanjut makmur. Setiap mbak-mbak dolly bisa mengantongi uang antara Rp13juta – Rp 15juta per bulan. Sementara mucikari bisa meraup uang Rp 60juta per bulan.

Tapi ya Allah, apa nikmatnya uang banyak jika dihasilkan dengan cara haram. Bukankah lebih baik bekerja keras, dengan penghasilan sedikit, tapi barokah Allah ada didalamnya. Uang haram, sebanyak apapun itu tidak akan pernah cukup untuk memenuhi hawa napsu.

Ada yang mengatakan, NGAPAIN NUTUP DOLLY? ITU KORUPTOR MASIH BANYAK YANG LEBIH DOSA!!!

Okeh, koruptor dan pekerjaan menjual diri sama-sama dosa, sama-sama melanggar agama. Lalu kenapa tidak menyelamatkan diri dari maksiat dulu, kemudian baru meneriaki koruptor.

Ahh, saya nggak tau harus menulis seperti apa lagi.

Saya gemes sekali dengan mbak-mbak dolly dan warga disana yang menolak penutupan. Baru kali ini saya tau ada orang yang diajak untuk selamat, tapi menolak hanya karena urusan perut.

Rejeki Allah sudah jamin. Tiap-tiap manusia yang terlahir mendapat jaminan rejekinya sendiri dari Allah. Tidak mungkin Allah membiarkan begitu saja ciptaannya tanpa rizki. Bahkan semut cicak saja, yang cuma bisa merayap didinding bisa dapet makan.

Tinggalkan yang dilarang oleh Allah, dan semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Karena hidup tidak melulu soal perut.

Semoga Allah membuka hati mbak-mbak dolly. Amin.