Mereka yang Mencela, Boleh Jadi Tidak Lebih Baik Dari Yang Dicela


Saya sedang baca buku ketika tiba-tiba saya dengar suara orang ribut, teriak, berisik sekali. Ternyata ada kerusuhan di mushola persis depan rumah saya. Ternyata mushola baru di depan rumah saya digerebek orang entah dari mana. Kalian tau sebabnya? Hanya karena mereka (si penggerebek) nggak mau satu mushola baru itu didirikan dan digunakan shalat. Kata mereka, itu musholah sesat, nggak ada warga yang mau shalat di situ. Fitnah. Padahal, tadi dari magrib sampai tarawih, itu mushola rame. Banyak jama’ahnya.

Mereka berseragam hijau-hijau, beramai-ramai, menggrebek, teriak-teriak asma Allah, gebrak sana-sini, merasa paling bener. Aduhhh, tolong jangan bawa-bawa nama Allah kalau mau anarki!!!! Mereka pikir mereka paling pintar, udah bawa tiket nomor satu masuk surga, paling baik sikapnya, paling sip akhlaknya.

Omong kosong.

Kalau memang mereka orang bener, mereka nggak akan melakukan hal seperti itu. Nggak main kasar begitu.

Bener kata gurauan teman saya, “Semua orang pingin masuk surga, tapi nggak ada yang mau berangkat duluan”. Ya seperti mereka itu. Tempat ibadah yang baru didirikan digerebek, difitnah sesat, sementara orang-orang yang suka mabuk di sekitar rumah mereka, malah dibiarkan. Kenapa? Takut mati kalau ngusir pemabuk? Pengecut. Kalau sama orang-orang yang mau ibadah mereka berani teriak-teriak, gebrak-gebrak.

Saya sedih dengan ini. Lihatlah mereka sama-sama islam, sama-sama punya kitab Al-Quran, sama-sama punya Nabi Muhammad SAW, sama-sama diciptakan Allah, harusnya mereka bersaudara, tapi malam ini, diawal Ramadhan yang harusnya penuh berkah, damai, mereka malah mau membakar rumah Allah? Mau membakar rumah orang-orang yang gotong royong bangun mushola baru itu. Keterlaluan.

Lebih baik tadarus di masjid dari pada teriak-teriak nggak jelas mau bakar mushola. Lebih baik banyak-banyak berbuat baik siapa tau mereka besok sudah expired masanya di dunia. Heran saya, atau jangan-jangam mereka tengah merasa berbuat baik karena memfitnah sesat saudara-saudaranya sendiri? Horor kalau benar begitu.

Orang-orang yang mencela, mengolok-olok, jangan-jangan tidak lebih baik dari yang dicela. Islam selalu mengajarkan kedamaian, kelembutan. Bukan anarkisme, kekerasan. Itulah islam.

Narablog, semoga Allah selalu menjaga kita dari hal-hal buruk dan orang-orang yang punya tabiat buruk.Amin.

Ini foto kerumunan kerusuhan setelah polisi datang:

image

Journey to Bandung #2


Hai kamu yang di sana, apa kabar? Apa kamu sudah membaca catatan perjalananku ke Bandung sebelumnya? Aku harap kamu membacanya, perjalanan yang menyenangkan sekali ke Kota Kembang.

Dicatatan sebelumnya, aku menceritakan tentang betapa menyenangkannya perjalanan udara malam. Kamu bisa melihat berjuta kunang-kunang yang menari gemerlap. Dan itu hanya bisa kamu dapati ketika kamu melakukan perjalanan malam. Hari ini, aku bawakan oleh-oleh foto perjalananku ke sana. Eh iya, kamu masih suka photograpy? Kamu pernah berjanji mau menemaniku membeli kamera. Tapi sayangnya, rasanya hal itu tak mungkin terjadi.

Maaf, foto-foto hasil jepretanku pastilah tidak sebagus semua hasil jepretanmu. Tapi setidaknya, aku membawakan keindahan yang kukagumi malam itu.

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

Photo By Annisa Reswara

“Mr. J, apa kabar di sana?”

Bahagia itu Sederhana


Okay, pagi ini  seperti biasa saya memulai pekerjaan saya dengan browsing portal-portal berita. Ceritanya, saya lagi kepo keadaan sekitar, pingin tau banget tentang kabar apa sih yang terjadi di luar sana. Di entah bumi lain di manalah itu. Dan *clinkkk, saya tertarik pada sebuah Photo News di portal yahoo. Judulnya “Biar Banjir, Tetap Tersenyum”.

Dan ya memang photo-photo di dalamnya menarik. Ada sekitar 22 photo news tentang banjir yang sedang melanda Jakarta. Hei, saya ikut tersenyum lho ketika lihat photo-photo itu, plus baca caption-nya yang menarik. Padahal biasanya, saya kasian sekali sama orang-orang Jakarta yang harus berbasah-basah ria terendam banjir. Saya membayangkan jika diri saya sendiri yang sedang mengalaminya, pasti bukan hal mudah buat saya. Harus mengungsi, meninggalkan rumah yang entah beberapa hari kedepan akan seperti apa bentuknya jika terus terendam banjir.

Kalian mau tau photo-photo nya? Okay deh saya kasih liat. By the way, photo-photo berikut asli saya ambil dari yahoo lho…

Image

“Ibu tangguh ini dengan santainya mampu membawa delapan tabung elpiji”

Image

“Ketika ditanya apakah dagangannya laku, bapak ini menjawab: “Alhamdulilah.””

Image

“Biar bukan Venice, Teluk Gong juga bisa romantis”

Image

“Wajah mereka tampak sangat menikmati mendayung”

Image

“Dua pria tampak santai menarik perahu”

Image

“Wusss..!”

Image

“Gerobak yang disulap jadi kendaraan”

Image

“Menjaga pabrik”

"“Perahu” paling nikmat"

““Perahu” paling nikmat”

10

“Penumpang perahu ini asyik mendengarkan musik”

11

“Tetap ceria bermain air”

12

“Kolam kecil buatan untuk anak-anak juga dipakai untuk transportasi”

13

“Sampan ini melaju dengan cepat mendahului perahu-perahu lain”

14

“Bathtub pun digunakan untuk transportasi”

15

“Polisi pun terpaksa menyewa jasa ojek untuk menembus banjir”

16

“Gaya tetap nomor satu”

17

“Keluarga yang sepertinya hendak mengungsi ini menembus banjir dengan menyewa jasa ojek “perahu””

18

“Ketika motor naik becak”

19

“Lima pria tampan yang semangat menembus banjir”

20

“Tak ada dayung, piring pun jadi”

21

“Beberapa pedagang masih tetap berjualan di Pasar Angkasa, Teluk Gong”

22

“Say “peace””

Saya salut sama Pak atau Mas Robin Hartanto, photographernya, yang berinisiatif untuk mengambil angel berbeda dari kebanyakan photo news yang ada selama ini. Ya at least, Pak atau Mas Robin Hartanto ini menunjukkan bahwa masih ada tawa ditengah bencana.

Dan kalau saya boleh menambahkan sedikit, bahwa dari setiap kejadian, mau menangis atau tertawa, mau bersedih atau gembira, keputusan itu sepenuhnya kita yang memilih, kita yang menentukan bagaimana kita akan menyikapinya. Karena sebenarnya, kalau kita mau menerima kejadian menyakitkan dengan rasa ikhlas, mau mengambil sisi baiknya dari pada sisi negatifnya, pasti akan selalu ada bahagia dari dalam hati. Karena bahagia itu sederhana.

Dan, taukah kalian? Saya semakin napsu aja untuk beli camera nikon yang saya idam-idamkan itu. Ada yang mau ngasih saya? hihihihi *gampar**