Menulis Pun (kadang) Melelahkan

Malam ini saya tidak tau ingin menulis apa. Kata Soe Hok Gie, terkadang menulis pun melelahkan. Kalau Soe Hok Gie yang mengatakan mungkin iya, tapi kalau saya yang mengatakan mungkin itu hanya alasan saja karena tidak memiliki ide. Hehe.

November ini, saya jarang menulis. Ide rasanya tidak muncul. Kalau toh saya upload tulisan pun, itu dari hasil memelintir otak, memeras hati, memaksa jari. Saya harus nulis. Dan hasil tulisannya pun tidak maksimal. Diksi yang dipilih nggak pas, saya saja aslinya nggak sreg. Tapi ya sudahlah, dari pada nggak nulis apa-apa. Itu yang selalu ada dalam hati jika benar-benar sudah mentok.

Karena itu saya menulis tulisan ini. Mencurahkan apa yang sedang terjadi. Bahwa saya sedang lelah menulis, capek memilih kata, menyambung kalimat, dan mengatur titik koma. Iya, menulis pun kadang melelahkan.

Saya jadi ingat beberapa tahun lalu. Ketika saya setiap hari bisa menulis fiksi pendek. Setiap hari berimajinasi, menulisnya seakan nyata. Mungkin saya sedang lelah. Menulis fiksi rasanya seperti dipaksa lari ber-ribu kilo jauhnya. Saya lelah.

Atau mungkin ada hal lain yang mencuri separuh lebih bagian dari otak saya, memaksa saya untuk berpikir lebih keras, kemudian membuat saya lelah? Entahlah.

Iya, menulis pun (kadang) melelahkan. Semoga ide-ide itu segera kembali datang. Aamiin 🙂

Posted from WordPress for Android