Suatu hari saya terkejut sekali dengan perkataan seseorang dalam sebuah perbincangan. Saya terlibat disitu. Pembicaraan diawali dengan urusan pekerjaan. Pembuatan sebuah script film pendek, untuk peluncuran sebuah buku.
Semua berjalan baik-baik saja, saya menulis apa yang dia inginkan, mengutarakan pendapat saya, kemudian menulis lagi, hingga akhirnya meluncur sebuah kalimat memekakkan telinga, “Sopo ngomong misuh iku duso? Nek demi kebaikan, lapo duso?” (Red: Siapa bilang mengumpat itu dosa? Jika demi kebaikan, kenapa tidak?)
Jujur, selesai kalimat itu diucapkan, dimulai sudah ketidakmengertian saya. Sejak kapan mengumpat itu dibenarkan? Lebih-lebih mengatakannya lengkap dengan emosi tingkat tinggi. Tujuan baik seperti apa yang disampaikan dengan umpatan? Saya nggak ngerti waktu harus menimpali jawaban seperti apa. Saya cuma diam, tidak berkomentar, saya bingung mau berkomentar seperti apa. Yang jelas bagi saya itu tidak benar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari kata mengumpat diambil dari kata dasar /um-pat/ berarti perkataan yang keji (kotor dsb) yang diucapkan karena marah (jengkel, kecewa dsb); cercaan; makian; sesalan; umpatan. Dan /meng-um-pat/ berarti mengeluarkan umpat(an); memburuk-burukkan orang; mengeluarkan kata-kata keji (kotor) karena marah (jengkel, kecewa, dsb); mencerca; mencela keras; mengutuk orang karena merasa diperlakukan kurang baik; memaki-maki.
Sebuah tujuan baik, tentu harus disampaikan dengan cara baik-baik pula. Tidak ada hal baik yang terwujud melalui cara yang buruk. Saya kira orang ini sudah SALAH BESAR, karena membenarkan umpatan sebagai cara untuk mewujudkan kebaikan. Sekali lagi, kebaikan apa yang terbentuk dari situ? Coba dicari. Bukankah yang ada hanya sakit hati?
Saya kira, mereka yang berpendidikan lebih tinggi, dan memiliki kekayaan berlipat bisa berpikir lebih baik. Karena apa lagi yang mereka pikirkan? Pendidikan tinggi, harta melimpah, besok mau apa tinggal tunjuk, tapi ternyata tidak membuat mereka berpikir lebih waras dari orang-orang dibawah mereka. Sangat disayangkan.
Lebih disayangkan dan menyedihkan lagi adalah dia (orang yang membenarkan umpatan tadi) mengatakan kalimat itu dengan bangga dan tawa membahana.
Ya Allah…
Sama seperti tidak ada kebohongan putih yang biasa disebut white lies, berbohong demi kebaikan. Sebaik-baiknya berbohong, jujur itu lebih baik. Dan (jika harus ada) sebaik-baiknya mengumpat, berkata lembut dan santun itu lebih baik. Silahkan pilih yang mana…
mungkin dia beum tahu, mbak.
😀
LikeLike
iya mungkin bang..
semoga hatinya segea dibukakan 😀
LikeLike
Dulu aku pernah diajarin, kalau mengumpat pake yang lucu2.. Hehe.. Jd gak bikin orang lain sakit hati atau dinilai mulutnya kotor. Haha
LikeLike
gimana tuh mbak mengumpat pake kata2 lucu? hihi 😀
LikeLike