Pagi tadi, ketika saya berangkat bekerja, saya melihat seorang bapak tua yang sedang semangat sekali menyiapkan dagangannya. Bapak itu membuka sebuah warung nasi, dipinggir jalan di kota tempat saya tinggal. Sudah tua, tidak muda lagi, tapi bagaimana lagi, siapa yang harus mencari uang jika dia memilih duduk-duduk santai dirumah sambil menikmati segelas kopi panas dan sepiring gorengan. Jadi dia memilih bekerja dari pagi, menjual nasi untuk memenuhi kebutuhannya. Kenapa tidak anaknya yang jualan? Entah, yang saya tau dia membuka warung itu dari pagi. Apakah dia kurang beruntung? Lantas siapa yang lebih beruntung?
Disisi lain kota tempat saya tinggal, saya melihat seorang bapak-bapak tua menjual tahu campur. Tau tahu campur? Itu makanan khas Kota Lamongan. Bapak itu tua sekali, jika ngomong soal seharusnya, seharusnya bapak itu tinggal dirumah, menikmati masa tuanya dengan kenyamanan, kesenangan, kebahagiaan. Tapi siapa lagi yang akan cari uang kalo dia lebih memilih santai-santai dirumah? Dimana anaknya? Kalau yang ini saya pernah bertanya pada dia, kebetulan bapak tua ini sering mampir kantor saya. Sayangnya dia tidak punya anak, nah jadi siapa lagi kalau bukan dia yang cari uang? Apakah dia tidak beruntung? Lantas siapa yang lebih beruntung?
Kemudian, mari melihat agak keatas. Bos saya. Yang namanya bos, pasti banyak uang ya. Tidak kurang suatu apapun. Mau barang apapun tinggal tunjuk, uang yang bicara. Tapi apakah kemudian hidupnya serta merta bahagia? Nggak juga. Bahkan dia pernah mengatakan pada saya, “Kamu tau, Mbak? Kerjaan ini sampe saya bawa kedalem kamar.” Hehe. Maksud dia, akan tidur pun dia masih mikirin pekerjaannya. Jika saya tangkap, otomatis tidurnya kurang nyenyak. Apakah dia tidak beruntung? Lantas siapa yang lebih beruntung?
Ada lagi, teman saya kuliah, seorang pramugari di salah satu maskapai Singapore. Tentu dia harus domisili di Singapore. Wihh tinggal di luar negeri. Pasti gajinya besar, bisa keliling kemana-mana karena dia pramugari. Tapi taukah? Pernah dia mengatakan pada saya, menjadi pramugari itu berat. Mereka harus tetap tersenyum pada penumpang meski dalam keadaan paling buruk sekalipun, belum lagi menghadapi penerbangan panjang melelahkan, belum lagi ketika jadwal penerbangan bermasalah maka pramugari yang kena damprat penumpang di dalam pesawat. Apakah dia tidak beruntung? Lantas siapa yang lebih beruntung?
Lalu, mari lihat diri saya sendiri. Saya seorang karyawan, yang ya tentu tidak harus membawa-bawa pekerjaan ke atas tempat tidur. Bekerja sesuai jam kerja, jika ada yang belum terselesaikan kadang lembur, tapi pasti saya gajian tiap bulan. Meski nge-pas uangnya. Apakah saya tidak beruntung? Lantas siapa yang beruntung?
Hehe. Jadi maksud saya, didunia ini tidak penting iri dengan kehidupan orang lain. Dia lebih bahagia, hidupnya lebih menyenangkan, dan lain-lain. Okelah untuk membangkitkan SEMANGAT for a better life tapi kalo cuma buat iri-irian aja, buat apa? Nggak penting kali…
Semua orang tentu beruntung, ya tergantung seperti apa dia bersyukur. Bapak penjual nasi, tahu campur, bos saya, teman saya yang pramugari, dan saya, pasti beruntung. Tapi dalam porsinya. Karena kami juga menerima ujian sesuai porsi kami. Selalu bersyukur itu kuncinya.
Seperti yang pernah saya tulis dalam Posting “Pesan Dalam Secarik Kertas”, bahwa
Ujian sedikit, bahagia sedikit, susah sedikit, senang sedikit
Dan taukah kita, ketika kita mengeluh dan protes atas hidup yang kita miliki
Diluar sana banyak orang yang ingin memiliki hidup seperti kita
Sungguh kita semua sedang menjalani takdir masing-masing
Dengan kadar bahagia masing-masing, dan kadar luka masing-masing
Nggak perlu iri
Bahagia mereka sepadan dengan deritanya, ujiannya.
Kita aja yang nggak tau
Begitu, bukan? 🙂
Tulisan ini sekalian mengingatkan pada diri saya sendiri untuk selalu bersyukur. 🙂
Akur, kita memang sering susah mengerti, tapi Surga tidak pernah salah hitung.
LikeLike
Yaps bener, semua sudah ada jalannya 🙂
LikeLike
aih.. tulisan ini menyadarkan dan menentramkan. Begitulah… kadang hidup terlalu sering dibanding-bandingkan.
LikeLike
Aihhh mbak fitri berkunjung kemari…
Apa kabar mbak? 🙂
LikeLike