Dalam hidup ini selalu ada dua sisi. Baik-buruk, jahat-baik hati, dermawan-pelit, jutek-ramah, tertawa-menangis, syukur-kufur, senang-sedih, pemarah-sabar, dan masih banyak lagi.
Semua tergantung kita mau pilih yang mana.
Ada seseorang yang saya pernah temui. Disatu sisi, dia baik pada orang lain. Pada mereka yang berkekurangan dia merasa iba, kemudian akhirnya dia memberikan beberapa kebaikan yang tentu membuat orang yang dibantu itu merasa bahagia. Dermawan sekali.
Namun disisi lain, saya mendapati sifatnya yang sangat berbeda jauh dengan apa yang dia lakukan sebelumnya. Dia membentak-bentak orangtua, membentak suaminya, memaki karyawannya, pelit sekali terhadap keluarganya, semaunya sendiri, apa-apa yang dia mau harus ada saat itu juga, merendahkan orang, dan serangkain hal buruk lain. Ya meski bukan kriminal.
Seperti yang saya katakan diawal, akan selalu ada dua sisi dalam diri manusia. Tergantung kita mau menjadi yang mana. Sisi malaikat atau iblis. Namun rasanya, jika kita selalu mau melibatkan hati, akal, dan Tuhan, pasti kita juga akan selalu tau, mana yang harus kita pilih.
Begitu, bukan? 🙂
Posted from WordPress for Android
itulah kenapa org jawa punya pepatah”ojo kagetan, ojo gumunan lan ojo dumeh” 🙂
LikeLike
iya kah pak yudhi??
saya malah nggak tau ada pepatah itu 😀
tapi emang bener sih pak, ojo gumunan jadi orang…
LikeLike
itu pepatah lama, Annisa. warisan orang2 tua, tapi masih berlaku sampai sekarang. 🙂
LikeLike
karena Allah menciptakan makhluknya berpasang2an
LikeLike
Hahaha, ho oh Bang 😀
LikeLike
Menurut saya, orang yang terlihat jagoan pun butuh bahu untuk menyandarkan kepala. Dan pada orang terdekatlah mereka bebas “ber-ekspresi”
LikeLike