Berdamai

Pernahkah mempertanyakan, kenapa ketika dua orang yang sudah lama tidak bertemu, lalu dipertemukan kembali hanya untuk sakit hati dan kecewa? Untuk kemudian membangun tembok es setinggi mungkin agar tak terlihat.

Idealnya dua orang yang sudah lama tidak bertemu itu ketika dipertemukan kembali akan membentuk sebuah siklus. Mereka mengingat, mengenang, bercerita, dan dekat. Tentu dekat dalam banyak hal. Tidak melulu soal percintaan, bisa jadi hubungan bisnis, atau sekedar tentang menemukan teman lama yang menjadi sahabat baru. Tempat bercerita.

Namun nyatanya, semua tidak selalu tentang kata ideal, harusnya, sewajarnya, atau apalah itu. Quality time dengan seorang adik semalam membuka tanya. Adik saya mengatakan,

“Mbak, dua orang itu kan awalnya temenan, kenapa jadi gara-gara satu hal malah putus silaturahmi?”

Kalimat adik saya barusan membuat hati kecil saya bertanya. Pertanyaan yang sama seperti kalimat pembuka tulisan ini. Kenapa dua orang yang sudah lama tidak bertemu, nyatanya dipertemukan kembali hanya untuk menjemput kecewa? Kemudian tidak saling menegur lagi. Tidak sebebas sebelumnya. Bukankah lebih tidak pernah bertemu saja?

Sama dengan pertanyaan, Kenapa dua orang bertemu pada akhirnya hanya untuk berpisah?

Saya menghela napas. Mungkin ini tentang berdamai, tentang keikhlasan, tentang menerima.

Hidup ini bukan sebuah computer yang kapan pun kita cukup tekan ‘undo’ maka semua kembali seperti semua semula. Atau cukup tekan ‘Ctrl+Alt+Del’, maka program yang tidak berjalan semestinya bisa diakhiri dengan sempurna dan kita ulangi dari awal saja. Sayangnya hidup tidak ada ‘undo’ atau ‘Ctrl+Alt+Del’.

Mungkin Tuhan sedang menguji seberapa besar kita bisa mengikhlaskan suratannya. Menerima dengan lapang apa yang dituliskan, memeluknya untuk menjadi pelajaran kesabaran yang levelnya akan naik lebih tinggi lagi. Berdamai saja dengan rasa sakitnya.

Allah hanya terlalu sayang sama saya. Karena itu menghadirkan dia, dan membuatnya pergi begitu saja dari hidup saya tanpa sebab yang saya ketahui.

Allah sayang saya. Simpe. Itu saja.

2 thoughts on “Berdamai

Silahkan Berkomentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s