Cerita Skripsi Saya, Dulu…

image

Cerita singkat ini ada karena kami (Dian, Lala, Ratri) memiliki visi misi yang sama, yaitu segera mengakhiri penderitaan tak tertahankan dibangku kuliah agar tidak semakin berkepanjangan. Namun sayangnya, mengakhiri penderitaan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kami harus melalui tahap yang memilukan. Ada air mata, rasa lelah, jenuh, atau kadang gemes. Tapi yang paling memilukan adalah derasnya aliran kran tabungan kami yang terus mengucur, karena banyak keperluan ini itu selama menggarap SKRIPSI.

***

Pada hari Rabu siang, tiga mahasiswi cantik terlihat sedang berdiskusi di dekat Patung Garuda depan gedung FISIP, UPN “Veteran” Jatim. Meski matahari cukup terik, namun hembusan angin dirasa bersahabat. Mungkin hal itu yang membuat mereka betah berlama-lama di sana.

Sambil mengangkat kaki yang semuanya terbungkus sepatu kodachi merah ke atas tempat duduk, mereka asik berceloteh. Samar-samar terdengar kata seminar proposal.

“Heh rek, kon kapan seminar proposal?” tanya Dian tiba-tiba.

“Lho kowe ra ngerti tow Di?” tanya Lala balik. “Aku sama Ratri kan seminarnya besok!” lanjutnya. Lala adalah satu-satunya orang di antara kami yang masih memanusiakan manusia, yaitu memanggil kami  dengan nama asli, bukan nama samaran.

“Iyo ta? Akhirnya.” Ucap Dian. “Lha terus, kon lapo rek malah tenger-tenger nang kene? Ndang dipelajari po’o proposale!!!”

“Sek ta lah Mon!” sergah Ratri. “Aku iki jek golek howo. Lha, pas nyekel proposal, wetengku dadi seneb!”

Sebentar mereka diam, tak ada suara terdengar. Hanya ada suara desiran daun-daun yang telah gugur terbawa hembusan angin ke sana ke mari.

“Kowe ngerti Di?” tanya Lala memecah keheningan. “Pas ngerti seminar tanggal limo sesuk, aku rasane ndredeg, wedi aku.” Jelas Lala.

“Betul itu!” timpal Ratri sambil manggut-manggut.

“Lha lapo se wedi? Pengujine lho gak nyakot!” “Wis ndelog aku seminar wingi kan?”

“Enak uripmu, wis mari seminar!” ejek Lala.

“Enak!!!” jawab Dian. Dian memang sudah lebih dulu menghadapi seminar proposal, karena proposalnya jauh-jauh hari sudah selesai.

“Heh, opo ae se rek!” potong Ratri. “Rameee ae ket mau! Tenang po’o!”

“Kon iku Gend! Iki lho rungokno, ben pas seminar wetengmu ra seneb!” tutur Dian mencoba menyarankan.

“Lha mbok pikir aku ket mau lapo? Ngrungokno aku iki!” Protes Ratri.

“Terusno La!” lanjut Dian.

“Yo kuwi, aku wedi ae nek gak iso njawab pertanyaane penguji. Kan ngerti dewe piye penguji nek tekon!”

“Lho saiki ngene!” Dian mengawali nasehat. “Proposal itu yang bikin kan kita sendiri. Pasti kita menguasai isinya. Pertanyaan apapun yang ditanyakan nanti, yo dijawab opo ono e ae!”

“Tapi nek nang ngarep ngunu, pasti nggrogi Di! Dan pas penguji tekon terus, kene pas bingung!”

“Inget nggak kata mas Arul? Kalo pas seminar gitu, gak usah idealis! Ikuti ke mana alurnya penguji.”

“Lagian lho, kita nggak sendiri. Kan ada pembimbing di sana!” jelas Dian panjang lebar. “Heh, Gend! Kon ngrungoke ora?”

“Iyo iyo Mon! aku ketmau lak ngrungokno se!”

“Meneng ae, komentar po’o!”

“Lha mbok pikir pesbug kok atek komentar? Heheheh” canda Ratri.

“Iyo se. Yo wis pokok e kudu SEMANGAT!! Kudu iso!” kata Lala dengan penuh keyakinan.

“Nah, betul itu. Setuju saya!” timpal Dian.

“Heh, lapo se ndredeg?” tanya Ratri tiba-tiba. “Kene lho wis tau seminar magang. Lak podo ae se? Cuma iki proposal.” “Anggep ae awakdewe lagi bimbingan karo tiga dosen sekaligus dengan bonus pertanyaan yang memojokkan!” “Ingat, nggak ada seminar itu. Yang ada ngobrol sama dosen di ruang seminar! Ok?”

“Lha ngerti ngunu lho?” tanya Dian.

“Ancen!” jawab Ratri singkat.

“Mau jaremu nek nyekel proposal wetengmu seneb?”

“Oalah, sing mau ta? Yo gak popo, wong ancen wingi pas aku nyekel proposal pas aku masuk angin. Yo jelas ae wetengku kroso seneb!” jawab Ratri santai. “Mangkane saiki golek howo, ben gak masuk angin maneh!” lanjutnya.

“Ooo..PALSUuu!!!!” Dian dan Lala bersamaan.

“Heh gak palsu rek!” protes Ratri. “BTW, mene lak Kamis?”

“Iyo, terus opo o?” balas Lala.

“Latian capoe gak?” tanya Ratri lagi.

“Yo iyolah! Moso goro-goro seminar ae gak Capoe?” jawab Lala. “HAJAR BLEH!!” Teriak Lala.

“HAJARRR!” jawab Ratri dan Dian bersamaan.

“Bleh!” tambah Dian.

Sidoarjo, 4 November 2009 / 12.18 am

CATATAN PENULIS:

Tulisan ini cuma bentuk ekspresi saya. Iseng aja sih nulisnya, map juga kalo GJ….hehhee
Nah, tanggal 5 November besok saya dan Lala mau seminar proposal, kalo Dian udah seminar duluan…jadi mohon doanya y…semoga lancar. Nggak lupa juga, kami (Dian, Lala, Ratri) bertiga juga minta doanya lagi, semoga kami bisa wisuda Januari 2010 besok.amin (seminar proposal, lisan, wisuda, LANCARRRR.amin)

Repost dari blog lama. Sedang kangen masa-masa jadi mahasiswi tingkat akhir dulu. Ketika skripsi. Maaf ya percakapannya pake Bahasa Jawa, tapi itulah yang terjadi waktu itu.

Terimakasih Sudah Membaca ^_^

2 thoughts on “Cerita Skripsi Saya, Dulu…

Silahkan Berkomentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s