Pekan (maaf) Kondom Nasional

Sebelumnya saya mau mengucapkan, Selamat Hari Aids Sedunia. Jaga diri kita dari HIV/AIDS, jaga pergaulan, no zina.

Malam ini saya banyak membaca status-status geram di facebook dan twitter tentang Pekan Kondom Nasional.

Jadi katanya, pemerintah menghabiskan dana sebesar 25 Milyar untuk program ini.

Setelah saya baca beberapa status dan link-link yang mereka posting, saya baru nyadar kenapa mereka geram dengan pemerintah mengenai program ini.

Dalam kegiatan ini, pemerintah menghabiskan dana yang cukup besar. Saya mengerti, mungkin maksud pemerintah ingin menghindarkan pasangan-pasangan (dalam hal ini yang sudah halal) dari yang namanya HIV/AIDS.

Tapi menurut saya, pemerintah lupa. Bahwa di Indonesia tidak ada batasan umur untuk membeli kondom. (Jika saya salah mengenai umur, monggo diluruskan). Bagaimanalah caranya membatasi umur, kalau si pembeli mengaku sudah menikah, mau bilang apa? Tidak ada syarat-syarat khusus seseorang jika ingin membeli kondom. Kondom dijual bebas dengan harga yang tidak tinggi.

Saya juga jadi ikut geram dengan pemerintah. Memang seakan-akan ini adalah kegiatan legalisasi free sex, meski mungkin pada awalnya tidak begitu tujuannya.

Mikir yang positif ajalah, Nissa!
Bukqn mikir negatif, tapi coba pikir, kondom dijual bebas saja banyak free sex yang berlaku dikalangan anak muda, pada pasangan yang belum menikah. Apalagi ini dibagikan gratis. Saya sih juga menangkap pesan dari program ini “monggo melakukan (maaf) sex, asal pakai kondom” Dan gawatnya sex itu bisa dilakukan oleh pasangan halal dan haram.

Yang lebih aneh lagi, bagi-bagi kondom gratis ini dibagikan dikampus, melalui majalah, dibagikan pada PSK. Kampus? Itukan tempat mahasiswa. Tempat dimana sebagian besar orang yang berada disana pasti belum menikah. PSK? Jadi melegalkan prostitusi juga kah? Jadi maksudnya apa?

Terlebih lagi, bus yang digunakan untuk bagi-bagi kondom gratis itu bergambar wanita dengan pose dan baju seksi. Obyeknya wanita kan? Apakah wanita simbol kondom atau simbol sex? JELAS BUKAN. Kalau iya, saya akan jadi orang pertama yang protes! Kenapa nggak pake lambang male-female yang umum digunakan? Rasanya lambang itu cukup dimengerti banyak orang.

Apalagi kondom yang dibagikan berasal dari satu merk. Mungkinkah ada modus bisnis didalamnya?

Saya tau pemerintah tidak bermaksud mendukung free sex. Tapi kalau begini caranya, bisa-bisa free sex merajalela. Lebih baik menerapkan aturan pergaulan. Memberi pengajaran tentang bahayanya sex sembarangan, pentingnya setia pada satu pasangan (menikah). Menjaga pergaulan antar lawan jenis. Itu lebih save, tidak buang banyak-banyak duit. Saya belum menikah, tapi setau saya aids itu ada karena sering berganti-ganti pasangan kan?

Ini ada beberapa photo yang saya ambil dari facebook, dan tweet dari Ustadz Felix Siauw yang sempat saya capture.

image

image

image

image

image

image

image

8 thoughts on “Pekan (maaf) Kondom Nasional

  1. aku sih bukannya setuju dengan pembagian kondom secara terbuka tapi mungkin ini mungkin cara pencegahan HIV dari sisi kesehatan bukan moral. kalau moral mungkin tugas departemen lain bukan tugas depkes. dilemanya mungkin kaya melegalkan lokalisasi, dari sisi moral dan agama dosa banget krn mendukung zinah. tapi dari sisi kesehatan , pencegahan dan penyuluhan AIDS jauh lebih mudah, secara berkala penghuni lokalisasi diperiksa kesehatannya , dipantau secara dini jika ada yg terkena penyakit sekaligus dibberikan penyuluhan. bayangkan jika tidak ada lokalisasi, psk yg berkeliaran tanpa dipantau kesehatannya menjadi penular aktif HIV dan penyakit kelamin.

    Like

    • Bisa jadi seperti itu. Tapi pegawai DepKes pun pasti punya moral, pemerintah yang Acc program itu juga punya moral. Dan harusnya memikirkan juga dampak jangka panjangnya. Itulah pentingnya moral diikutsertakan dalam berbagai hal. 🙂

      Like

Silahkan Berkomentar