Hari ini saya kembali lagi ke Jakarta. Kali ini tidak tiga hari, tapi tujuh. Untuk pameran TEI di PRJ.
Dini hari ini, ketika 1.54 saya masih terjaga. Takbir berkumandang sedari tadi. Berpilin-pilin di atas langit Jakarta. Saya merinding mendengarnya.
Jakarta dini hari, sepi, jalanan lengang. Saya mencoba merenungi perjalanan dari sidoarjo ke jakarta tadi siang. Merenungi betapa nikmat Allah itu selalu mengelilingi kita.
Hari ini, pesawat yang membawa saya terbang ke Jakarta harusnya terbang jam 15.30 wib. Dari kantor barang bawaan untuk pameran ada yang belum disiapkan, jadi harus berangkat dengan jam mepet sekali. Sopir sudah ngebut, dalam hati sudah memastikan saya ketinggalan pesawat, telat check in, dll. Belum lagi mengurus bagasi barang yang over. Dalam hati saya berkata, Ya Allah yang bisa membuat saya nggak telat ke Jakarta kali ini hanya jika pesawat saya delay.
Setelah sampai bandara, saya langsung lari-lari ke counter check in, sementara dua orang teman saya mengurus barang bawaan. Di setiap papan counter lion saya lihat sudah tidak ada penerbangan tujuan Jakarta. Hingga akhirnya ketemu dibagian paling pojok, itu pun penerbangan dengan jam berbeda. Ya Allah ketinggalan kah?
Setelah saya tanya ke mbak counter lion, ternyata Ya Allah sungguh hanya dengan kuasa Nya semua ini terjadi. Pesawat saya delay. Dan saya tidak perlu rebook tiket karena ketinggalan. Saya masih bisa terbang.
Setelah menunggu sekitar satu jam, akhirnya penumpang penerbangan JT 581 dipanggil. Saya dan dua teman saya dengan semangat berjalan menuju pesawat. Sesampainya di sana, ternyata nomor tempat duduk kami tidak ada. Kata pramugarinya, karena pesawat yang saya naiki beda dengan yang seharusnya terbang, jadi ada perbedaan jumlah kursi. Sempat menunggu di kabin belakang beberapa menit, dan akhirnya diputuskan kami duduk di seat bagian depan. Alhamdulillah. Duduk seat depan, seat yang banyak dipilih orang.
Dan dini hari ini, ketika saya memikirkan penerbangan tadi siang, sungguh skenario Allah mulus sekali. Semua seperti kebetulan, tapi sebenar-benarnya itu semua Allah yang memastikan.
Saya mbrebes mili (red: berkaca-kaca) memikirkan kejadian tadi siang. Sungguh pertolongan Allah itu dekat, sungguh nikmat Allah selalu mengelilingi kita. Allah memeluk kita lebih dari pelukan yang kita perlu dan tanpa kita duga.
Allah sungguh Maha Baik. Maka jangan lupa narablog untuk selalu bersyukur padaNya. Karena Allah yang mengatur segala sesuatunya.
Sungguh bagi Allah bukan hal sulit membuat saya telat terbang, kemudian dimarahi atasan. Tapi Allah tidak mau itu, maka tidak sulit juga bagi Allah untuk membiarkan saya terbang ke Jakarta.
Coba narablog renungkan apa saja yang terselamatkan. Itu semua atas izin Allah. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang mendustakan nikmatNya. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu bersyukur.amin
Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illahaillallah, Allahu Akbar.