Gara-Gara Camera Canon 7D

Ternyata oh Ternyata…..

Ya Allah, saya bener-bener malu sekali rasanya.

Hai-hai narablog sekalian, hari ini saya benar-benar merasa malu sekali. Hah, Malu kenapa? Sama siapa? Serius, Nis? Hu um. Jadi begini ceritanya.

Hari ini 1 April 2013, tempat kerja saya kedatangan kunjungan dari Menteri Pertanian. Eh eh, baru kali ini saya ketemu sama Pejabat Pemerintahan yang merupakan turunan langsung dari Presiden. Ketemu ama ibu Menteri Pertanian. Namanya siapa hayooo? Hmmm, jujur saya juga nggak tau sih. Saya coba googling tapi ternyata namanya laki-laki, nah yang datang di kantor saya itu tadi perempuan. Ahh ya sudah, parah sekali memang saya. Jangan ditiru ya. Itu adalah salah satu hal jelek.

Jadi begini, singkat cerita. Rombongan orang-orang Kementrian Pertanian itu datang sore sekitar jam 3. Semuanya sudah ditata rapi. Dan kebetulan saya yang sedang membawa kamera kantor. Memang sengaja dibawa untuk dokumentasi.

Nah, saya seneng motret. Tapi masalahnya saya nggak tau gimana itu yang namanya aturan-aturan memotret, etika memotret, dan apalah itu namanya yang membatasi orang berperilaku agar terlihat baik. Dan ya saya saat itu dengan pintar sekali berinisiatif untuk mengambil gambar. Secara ibu menteri sudah datang bersama rombongan.

Denga sigap saya turun menenteng kamera DSLR hitam Merk Canon Tipe 7D. Saat itu saya merasa keren sekali, menenteng kamera keren dengan gaya tali dislempangkan di lengan kanan. Sudah bak photographer professional saja. Tapi taukah kalian? Saat itu saya benar-benar lupa bahwa saya nggak tau yang namanya etika motret, buta sopan santun ambil gambar kalau pas ada menteri itu gimana. Dan saya bener-bener nggak terpikir sama sekali tentang hal itu.

Jadilah saya dengan Ke-PD-aN ambil gambarnya Ibu Menteri dalam jarak yang dekat sekali, ikut bergerumbul dengan rombongan Ibu Menteri. PD banget jeprat jepret pake Blitz. Ya Allah…. Dan tanpa saya sadari Bapak Boss tercinta sudah melototin saya dari jauh. What The……..

“Sini, Mbak.” Panggil Pak Boss dengan gagah berani.

“Kenapa, Pak?” masih dengan gaya PD.

“Kamu nggak tau etika motret ya?”

“…………………..” Diam. Bingung. Kacau. Grogi. Jadi satu.

“Sini saya ajari etika motret. Itu tadi sangat tidak sopan!!!”

“………………………” tambah bingung.

Kemudian mulailah Pak Bos memberitau saya etika motret yang baik. Memberitau kalau cara motret saya tadi sungguh tidak sopan sama sekali. Sedikit sopan saja tidak. Harusnya saya tadi motret dari jarak jauh. Agar tidak mengganggu si Ibu Menteri. Saya lupa kalo ini kamera zoomingnya bagus. Hehe. Well, okeh. Dalam hati saya merutuki diri sendiri. What a stupid me!!!

Dan akhirnya, saya nggak tau kenapa, setelah dinasehati Bapak Boss tercinta, mendadak napsu saya untuk jadi fotografer amatiran tadi kandas sudah. Saya nggak pingin motret.  Illfeel euy rasanya.

Terbukti saya coba ambil gambar lagi, dan hasilnya burem semua. Gelap, saya bingung harus ngapain. Rasa keren yang bertengger di dada saya tadi terbang, melesat, lenyao, entah kemana. Dan akhirnya, kamera Canon 7D keren yang bikin saya ngrasa keren banget tadi saya limpahkan pada teman saya yang sudah biasa ambil gambar setiap ada acara di kantor.

Ahhhh, rasanya saya malu sekali. Ya malu sama diri saya sendiri, malu sama bu Menteri, malu sama Pak Bos. Malu bangetttttt.  Tapi at least, hari ini saya dapet pelajaran etika memotret yang baik dan benar meski akhirnya saya nggak jadi ambil gambarnya bu Menteri. Salaman aja nggak.

Dan, pesan yang dapat diambil dari pengalaman saya ini adalah “Jangan pernah merasa keren duluan, kalau ternyata ilmu yang dimiliki nggak keren-keren amat a.k.a nggak pinter-pinter amat.”

Hasilnya terlihatlah, saya yang awalnya sombong sekali nenteng-nenteng kamera Canon 7D yang keren terus saya berasa ikutan keren, ternyata ilmu yang saya miliki nggak sekeren gaya dan kameranya. Ya Rabb… malu sekali saya.

9 thoughts on “Gara-Gara Camera Canon 7D

Silahkan Berkomentar