Mother, You are Number For Me!!

3 bulan terakhir, saya sering sekali memperhatikan kakak saya yang baru saja punya anak pertama. Perempuan, namanya Annindya. Lucu sekali, sungguh menggemaskan, meski dia hanya sedang tidur, Nindya, begitu panggilannya, tetap terlihat imut-imut. Meski dia sedang (maaf) be’ol, dia tetap mengasyikan untuk digoda. Meski menangis kencang, banyak tingkah, membuat kedua orangtuanya sibuk tidak keruan menenangkannya, bernyanyi, memasang wajah lucu, dia tetap cuek saja menangis kencang, tapi dia tetap lucu sekali rasanya. Hei, bukankah memang begitu hakikatnya, bayi, anak-anak, selalu menyenangkan menggemaskan, ditulis dalam Al-qur’an.

Tapi kali ini, bukan itu yang mau saya bahas. Bukan betapa menggemaskannya nindya, betapa lucu, imut-imut dan apalah itu hal yang menyenangkan pada bayi. Tapi saya mau membahas tentang ibu.

3 bulan terakhir saya banyak memperhatikan kegiatan kakak saya. Subhanallah, betapa repot, berusaha tenang sekali ketika anaknya menangis, rewel, tidak mau tidur, ngompol, dll. Kalau malam tiba, bayinya begadang, maka begadang jugalah jadinya

Tau kah? tiba-tiba terbenak dihati “aku dulu juga pasti seperti itu. aku dulu merepotkan sekali”. Tidak hanya saya, tapi kita. Kan kita semua pernah jadi bayi. Iya kita ini memang sungguh merepotkan. Haus nangis, pipis nangis, be’ol nangis. Pokoknya merepotkan sekali.

Bahkan bisa jadi, ketika kita mulai beranjak besar, mulai sekolah, minta ini itu, harus ini itu. Ahhh sampai dewasa sekalipun, kita mungkin masih merepotkan.

Tapi kita? Boleh jadi ketika direpotkan sedikit saja, ibu minta tolong sedikit saja, selalu ada alasan begini dan begitu. Tidak bergegas, bilang sebentar tapi tidak kelar-kelar.

ya Allah sungguh kami tidak pernah berhenti merepotkan kedua orangtua. Bahkan kami tidak pernah merasa merepotkan. Boleh jadi, kami sudah menguras airmata ibu. Ibu tidak mengeluh. Tapi apa balasan untuk ibu, bahkan kami seperti anak yang tidak tau terimakasih. Kami tak pernah memperhatikan detil kasih sayangnya, kami hanya hapal betul larangan-laranganya. Astaghfirullah…

Ya Allah, sungguh sejatinya cinta yang abadi dan tak ada habisnya adalah cinta ibu. Kapan pun masanya, rasa itu tidak pernah ada batasnya, selalu ada untuk anak-anaknya. Tak akan kurang kadarnya. Senakal apapun kami, ibu selalu memaafkan. Bukankah begitu hakikat cinta, selalu memaafkan kurang dan salah.

Ya Allah, limpahkanlah segala rahmatmu untuk kedua orangtua kami, sayangi mereka seperti mereka menyayangi kami ketika kecil.

Hari ini sudahkah kalian menghambur memeluk ibu, dan berkata bahwa kalian sayang padanya?

*Untuk ibu dirumah, selamat hari ibu. Do you know Mom, you are number one for me. 🙂

“Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu,
maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari
pengorbanan, rasa cinta, 
serta rasa sayangnya kepada kalian”
(TereLiye, novel ‘Eliana’)

image

Silahkan Berkomentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s