Rindu adalah air hujan yang menggenang.
Tempat aku berkaca, berharap menemukan wajahmu di sana.
Rindu telah menjadi sebab malam kian panjang.
Salahku sendiri, menyimpan namamu dalam hati dan ingatan.
Rindu membuat aku takut tidur.
Mungkin kamu datang dalam mimpi, lalu pergi ketika pagi.
Rindu telah menjadi lagu yang berulang.
Kudengar suaramu bersenandung, menyebut nama dia di tepi telingaku.
Rindu menangisi kepergianmu.
Seandainya takdir tidak mempertemukan kita. Aku tak perlu takut kehilanganmu.
Rindu meluluhkan ego dan benci.
Kuberi maaf padamu. Kau tak perlu ragu untuk kembali.
Rindu adalah malam yang jatuh di kedua mataku.
Maukah kau menjadi bintang, agar aku tak sulit mencari keberadaanmu dalam gelap.
Rindu adalah cerita tentangmu.
Telah kukenang menjadi memori, kamu tak akan terganti.
Rindu tak mau menunggu.
Kamu perlu berlari, mengejar cinta dan mendekapnya agar tak pergi.
Rindu adalah ketika kamu sadar,
hanya kamu yang mendambanya sendiri. Mungkin dia tidak.
*Repost dari tweet #Rindu milik penulis Robin Wijaya
Dear, jangan pernah galau setelah membaca puisi Rindu yang saya repost barusan. Ingat, ada Allah yang Maha membolak-balikkan hati. Maka serahkan seluruh urusan perasaan ini pada Nya. Tentu saja kita boleh merindu, dan tentu saja kita boleh mengungkapkannya. Tapi ungkapkan kerinduan itu pada semilir angin di malam sepi, pada rintik hujan yang kian menderas, pada gemintang dan bulan yang bergantung indah di atas langit, dan jangan lupa, sampaikan rasa rindu itu pada Sang Pemilik Hati. Semoga Allah memberikan cara terbaik agar rindu itu tersampaikan pada seseorang di sana. Entah melalui angin, rintik hujan atau gemintang. Dan semoga Allah mengobati rindu itu dengan jalan yang membahagiakan. Amin.
Demikian.