Pertemuan ini, baiknya tak mencampurkan perasaan diantaranya. Membekaskan jejak yang dikenal dengan nama cinta. Harusnya aku mendengarkan saran seorang teman, bahwa mengobati luka hati tidak selalu dengan jatuh cinta lagi.Tapi aku salah, aku kira bisa membuat semua hanya ala kadarnya, mengobati luka dengan berjanji untuk jatuh cinta perlahan, tanpa menyisakan luka. Aku lupa bahwa sekecil apapun itu selambat apapun dia tumbuh, perasaan tetaplah perasaan. Akan menyisakan jejak tertinggal. Jika itu manis, tak mengapa, kalau pahit seperti jejak lalu yang mungkin belum terhapuskan?
Tamatlah aku, bahkan aku tidak pernah tau cerita akhir apa yang ditulis Tuhan untukku. Kini, beraninya aku memulai cinta, memendam perasaam lagi, kecil, belum tumbuh benar, tapi akan tetap terasa.
Aku hanya bisa berdoa, semoga kali ini Tuhan berbaik hati padaku, mengijinkan aku memiliki sepenggal kisah baru. Mataku terpejam, takjim berdoa.
Apa langit kali ini berkata, iya?